TAHIR

Menghitung hari dalam turus yang kuguratkan tegak lurus.
Seperti di dinding lembab bui di seberang jeruji.
Satu demi satu sampai ruang dan waktu kita menjadi satu.
Jarak yang terentang ibarat kutukan bagi rindu yang masih juga regang.
Wahai waktu, tahirkanlah aku.

Jarak

Jarak ini bentangan kenangan yang tersusun tanpa sentuhan.
Kenangan yang luruh oleh jenuh, namun tak pernah jemu untuk tumbuh.
Kita susun satu satu serpihan menjadi lukisan.
Kelak akan kita pandangi dengan bangga hati.
Kita pernah menempuh jalan yang terjal dan berliku, dengan hati yang hampir kaku.
Hati yang justru dibentuk sekeras batu.

Jarak ini mengikat kita, katamu.
Jarak ini membunuh, kataku.
Jarak ini adalah ujian, agar semua sepadan.